Imajinasi Keraton Masa Lalu : Candi Ratu Boko



Bulan Juni diawalai dengan wisata candi. Salah satu candi cantik di DI Yogyakarta, yaitu “Ratu Boko”. Keberadaan candi tersebut termasuk dalam Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman. Kompleks candi Ratu Boko berada 196 meter dpl (jalan yang agak menanjak dan udara sejuk) dan dapat diakses dari kota Jogja melalui jalan raya Prambanan – Piyungan, yaitu dari pertigaan Prambanan ke selatan sejauh kurang lebih 4 km dan mengikuti papan petunjuk menuju candi Ratu Boko. 

Gerbang Kedua dari Candi Ratu Boko

Berbeda dengan peninggalan sejarah pada masa Jawa Kuno dalam bentuk bangunan keagamaan, candi Ratu Boko merupakan kompleks bangunan keraton, yaitu gerbang pintu masuk, pendopo, tempat tinggal, kolam pemandian, pagar pelindung, dan beberapa situs yang masih dipelajari untuk memperkirakan fungsinya di masa itu. Berbeda dengan keraton yang didirikan di permukaan landai, keraton candi ratu Boko terletak di dataran tinggi dilengkapi dengan benteng tinggi sehingga terlindungi dari serangan musuh. 

Candi Ratu Boko merupakan situs arkeologi dalam bentuk keraton pada masa Kerajaan Mataram Kuno abad VIII dan dibangun pada masa Dinasti Syailendra oleh Rakai Panangkaran jauh sebelum keberadaan raja Samaratungga (pada masa pendirian candi Borobudur) dan Rakai Pikatan (pendirian candi Prambanan). Berdasarkan naskah kuno ditulis oleh Rakai Panangkaran (746 – 784 SM) pada mulanya bangunan sekitar Ratu Boko disebut dengan Abhayagiri Wihara. Abhaya berarti damai, dan Abhayagiri berarti asrama Buddhist (wihara) yang berada di daerah damai di puncak bukit. Pada periode selanjutnya (856 – 863 SM) Abhayagiri Wihara berubah nama menjadi Walaing Kraton oleh Vasal Rakai bergelai Rakai Walaing Pu Kumbayoni. Selanjutnya, nama Ratu Boko berasal dari dongeng rakyat setempat. Ratu Boko adalah raja dan merupakan ayah dari Loro Jonggrang dimana merupakan nama dari candi di kompleks candi Prambanan.
Kompleks candi terdiri dari :
  • Gerbang Utama : terdiri dari dua gerbang dimana gerbang pertama terbuat dari batu andesit dan lantai serta dinding terbuat dari batu putih. Gerbang pertama berukuran panjang 12,15 m, lebar 6,90 m, dan tinggi 5,05 m dengan 3 pintu masuk. Sementara gerbang kedua memiliki panjang 18,60 m, lebar 9,00 m, dan tinggi 4,50 m dengan 5 pintu masuk.
Gerbang Pintu Masuk Pertama keraton (Ratu Boko) terdiri dari tiga pintu masuk

Penulis di Gerbang Pintu Masuk Pertama keraton (Ratu Boko) terdiri dari tiga pintu masuk   

 
Pagar perlindungan kraton Ratu Boko tinggi dan kokoh

  • Tempat pengabuan : diperkirakan dipergunakan sebagai tempat kremasi / pengabuan dalam upacara Tawur Agung bagi agama Hindu yang diadakan sehari sebelum Nyepi. Akan tetapi, hal tersebut masih memerlukan penelitian yang mendalam, apakah situs tersebut merupakan tempat kremasi, atau altar, atau kemungkinan merupakan tenpat sesajen.
Salah satu situs dalam keraton Ratu Boko sebagai tempat kremasi (masih dipelajari)
  • Paseban : merupakan ruang tunggu bagi tamu raja. Terdiri dari dua batur, sisi Paseban Timur dan Paseban Barat dan diperkirakan saling berhadapan satu sama lain.

Ruang tunggu tamu raja (paseban) keraton Ratu Boko
  • Pendopo : terdapat di bagian tengah  bangunan yang memiliki pilar dan dinding, dimana diperkirakan terbuat dari bahan yang mudah rusak misal kayu. Oleh karena itu, hanya tersisa batu sebagai sisa bangunan.

Pendopo kraton Ratu Boko tampak luar

Pendopo kraton Ratu Boko tampak dalam
  • Taman Pemandian : dibagi menjadi dua, yaitu utara dan selatan dimana keduanya dipisahkan oleh dinding dan dihubungan oleh gerbang. Pemandian utara berbentuk kotak dengan tujuh kolam dan pemandian selatan terdiri dari 28 kolam.
Kolam Pemandian kraton Ratu Boko
  • Gua : pada situs candi Ratu Boko terdiri dari gua Lanang dan gua Wadon. Penamaan gua tersebut berdasarkan relief pada gua Wadon berupa gambaran alat kelamin wanita (simbol Yoni) di atas pintu, pada umumnya keberadaan Yoni dilengkapi dengan Lingga (alat kelamin laki-laki) yang terdapat pada Gua Lanang. Kedua simbol tersebut erat kaitannya dengan penggambaran dewa Siwa dalam agama Hindu. Persatuan antara Yoni-Lingga menjadi simbol dari kesuburan. 
(Maaf, tidak ada gambar, saya sudah lelah mengelilingi kraton Ratu Boko :( Aku hanya semapat melihat dari kejauhan situs Gua Wadon dan gua Lanang yang besar di bagian paling belakang candi Ratu Boko) 
  •  Keputren : tempat tinggal putri, yang terdiri dari dua batur dan terbuat dari batu andesit.
Salah satu karya seni di bagian keputren kraton Ratu Boko
 Simbol yang menandai adanya toleransi umat beragama Hindu dan Budha terlihat dari penemuan situs stupa di dalam candi Ratu Boko yang masih dalam tahapan ekskavasi. Salah satu sudut yang menarik bagi kita yang ingin mengetahui tentang ekskavasi candi secara langsung.

Salah satu sudut ekskavasi dua stupa di bagian belakang kraton Ratu Boko
Seusai perjalanan kita bisa menikmati panorama dari bukit candi Ratu Boko dengan makanan dan minuman yang tersedia di Restoran Sunset Ratu Boko, dinamai demikian karena pemandangan sunset kota Jogja terlihat indah dari bukit candi Ratu Boko. Akan tetapi, penulis hanya bisa memotret pemandangan kota Jogja tanpa matahari terbenam karena kunjungan yang dilakukan di pagi hari yang sejuk :)

Kota Jogja (agak mendung) dari Resto Sunset Boko

Mengunjungi candi Ratu Boko merupakan pengalaman imajinasi  akan kehidupan dan peradaban keraton Jawa masa lalu.

Salam Budaya !



Bookmark and Share

4 Response to "Imajinasi Keraton Masa Lalu : Candi Ratu Boko"

  1. venom Says:

    Lanjutkan Gan

  2. Unknown Says:

    candinya kratonnya mantap gan


    salam

  3. Unknown Says:

    wah bagus yah tempatnya..sangat menarik.
    rental mobil jogja

  4. Unknown Says:

    Keren gan, salam mobil jogja

Posting Komentar