Cerlangkan_Permata !

Perpustakaan Mahasiswa Surakarta ‘Permata’ nama ini tercetus sebagai tempat yang sore di Kamis, 22 Januari 2009 direkomendasikan oleh temanku, Widya, karena dia merindukan situasi komunitasnya 2 tahun yang lalu. Meskipun aku sendiri, bukan termasuk orang perpusholic (ada ndak yah istilah itu? Hehehe) maksudku, seseorang yang memiliki hobi ke perpustakaan. Aku menyetujui ajakannya, karena dia memberikan informasi bahwa banyak buku-buku sastra ’kiri’ tua di sana, aku yang masih mencari buku Umar Kayam langsung menyetujui ajakannya

Perpustakaan Permata satu kompleks dengan asrama mahasiswa Katolik UNS di Jalan Kestalan 15 Surakarta, dekat dengan stasiun Solobalapan. Keberadaannya sama sekali tidak terlihat dari luar bahwa, di dalam kompleks tersebut terdapat perpustakaan, papan pertanda perpustakaan pun tidak nampak di sana.

Perpustakaan, mulai 9 Januari 2009, hanya dibuka tiga kali seminggu untuk setiap hari Selasa, Rabu, Kamis, pada jam 17.00 – 20.00. Dengan pertimbangan pengurus mahasiswa yang sibuk dengan kuliah dan kegiatan-kegiatan yang lain. Saat kami berdua datang, bertanya kepada sekelompok mahasiswa di wisma, dengan nada ragu ”Perpustakaannya buka atau ndak, mbak ?”, karena Widya melihat bangunan di lantai 2, gelap, tidak adan nyala lampu. Ternyata, saat itu kami beruntung, perpustakaan buka, karena petugas piketnya merupakan salah satu mahasiswa dari kelompok tersebut.


Saat melangkah naik tangga ke lantai 2 tersebut, sudah dapat terlihat bahwa akan ditemui ruangan yang tidak terawat. Benar dugaanku, saat lampu perpustakaan dinyalakan, terlihat ruangan yang dapat aku katakan kumuh karena buku-buku yang tidak beraturan, sesak karena debu. Menyusuri koridor rak-rak buku, aku menjadi semakin tidak mampu berkata apapun, karena banyak buku yang hanya aku temui di perpustakaan kampus UGM, yang masuk buku referensi, sedangkan saat itu, buku itu dapat dipinjam dengan bebas. Mencari buku maestro ’Umar Kayam’ itu tujuanku, langsung menuju rak buku kategori sastra, benar saat itu kutemukan buku beliau ”Jalan Menikung” dan ”Sri Sumirah”, fiuh.....mataku masih menggerayangi tempat yang membuatku kagum dan sedih. Kagum, karena banyak sekali, buku-buku yang luar biasa di sana, yang jarang sekali kita jumpai di perpustakaan besar. Sedih, karena keadaan mereka (baca: buku-buku bernilai) tersebut sama sekali tidak terawat.

Aku, dengan catatan pengunjung pertama pun merasa sedih, apalagi temanku, yang memiliki catatan pengurus perpustakaan ’Permata’ dua tahun yang lalu. Mataku, beralih padanya, terlihat sekali dia begitu sedih, keadaan sangat jauh berbeda dengan keadaan dua tahun yang lalu, saat menerima bantuan Bank Dunia, dengan pembimbing pengurus Romo Mardi, yang sekarang bertugas di Filipina. Widya menceritakan, tentang semangat pengurus perpustakaan dulu, memberikan kesaksian kepadaku bahwa di sinilah tempat dia belajar banyak hal untuk mengembangkan pribadi dan rasa, karena, di lantai 1 dulu merupakan dia dan kawan-kawannya berlatih bahkan pentas teater mahasiswa UNS.


Yang terucap di benakku saat itu, aku ingin merubah keadaan perpustakaan Permata. Aku ingin mendapatkan kawan yang dulu pernah merasakan kebahagiaan di kompleks bangunan itu, serta masih peduli pada keberadaan perpustakaan tersebut. Aku ingin mendapatkan kalian yang memiliki kerelaan untuk membuat buku-buku (baca:untaian wacana pengetahuan, seni, dan agama) tersebut terawat, terjaga.

Saat ini, ada kami berdua, Widya dan aku, yang berniat untuk membenahi ruang pengetahuan tersebut. Kami, harap kalian dapat turut serta bersama. Tidak ada batasan umur, gender, bahkan agama. Kami mengharapkan kalian yang peduli akan buku.


CERLANGKAN PERMATA!

0 Response to "Cerlangkan_Permata !"

Posting Komentar